Sekedip mata

Inginku berlari

Sekedip meyakini

Datang ataukah pergi

Pasti kan merasakan hati ini

Langit membentang

cakrawala datang di depan

selimuti ragaku yang tak terluka

namun kau cepat tinggalkan dunia

lisan terlintas bangga

kini tersisa usia nama

karyaku”tanpertulas”

Tahta dan rasa

Jangan kau katakan cinta karena tahta

Tahtaku hanya hiasan dunia

Bukan penuntun dalam sunahnya

Yang aku butuhkan bukan tahtamu

Melainkan tuntunanmu

Kataku berdebu

Melekat di usia kulitmu

Karena tahtaku mnjadi utamamu

Dan rasa cintaku

Hanya lewat dalam bayang matamu

karyaku”tanpertulas”

Sepucuk surat untuk ayah

Tertindik dalam hati

Tersembunyi dendam yang mendalam

Rasa benci yang tak mampu di tuliskan

Kini berontak dalam ada karenanya

Apa arti ayah

Bila menafkahi saja tak mampu

Tak pantas kau di panggil ayah

Tak pantas kau menjadi kepala keluarga

Kau biarkan seorang perempuan

Yang tercipta dari tulang rusukmu menjadi tulang punggungmu

Kau relakan istrimu

Menafkahi hidupmu

Tak dapatkah kau berfikir sejenak melihat seorang istri mandi air keringat

Demi anak dan suaminya

Dimana nuranimu ayah

Terlalu tega kau biarkan ibu bekerja

Pdahal memasak,mencuci,merawat 8 anak sudah ia lakukan

Dengan sebelah tangan

Apakah nuranimu sangat rapat untuk di buka

Sampai kau tak mau melengkapi satu tangan lagi

Bermusyawarah menghidupi keluarga

Tanpa mengeluh meski hanya sebelah tangan yang ia lakukan

Musnah harapanya untuk ada pelengkap tangan kananya

 

Dari puisi pendek saya ini saya berharap seluruh ayah di dunia ini dapat mengerti seberapa besar perjuangan seorang ibu apabila tak ada seorang lelaki yang melengkapi hidupnya

ujungpangkah,26 0ktober 2017

karyaku”tanpertulas

 

Hanya 5 menit

Ketika matahari menjadi bulan

Tanpa tersadar melangkah

Tinggal 1 jam aku akan pergi

Menepis air mata tak terarah

Ku berjalan menuju cahaya hati

Tersisa 5 menit untuk ku berkata

Jikalau aku pergi dan tak kembali

Jangan kau buka hatimu untuk orang yang salah

Karena aku hanya mengikhlaskan hatimu untuk orang yang benar

Dan pada titik terakhirnya

Sebelum mata ini tertutup selamanya

Aku jujur dari nuraniku

Karena aku mencintaimu

Dan 1 kalimat terakhir dariku

“jangan lupakan perjuangan kita”

karyaku”tanpertulas”

Do’a di sepertiga malam

Mimpiku menjadi film dlam tidurku

Aku terbangun dalam lelapku

Berwudhu tuk menenangkan fikirku

Menghadap kiblat dengan 2 rakaat

Tadahkan tangan kepada tuhan

Ya tuhanku…

Jangan biarkan cintaku kepadamu

Terkalahkan dengan cintaku kepada mahluqmu

karyaku”tanpertulas”

Beratnya kobiltu

Bukan nyanyian

Juga bukan permainan

Melainkan janji suci aku dan kamu

Dengan tuhan

3 kali kau ulangi kalimat itu

Namun kau seakan lupa dengan namaku

Dan yang terakhir kau sempurnakan

Qobiltumu dngan namaku

Bukan sekedar mengatakan

Juga bukan hanya berjabat tangan

Namun awalan kita menjalani sunahnya

Tuk memenuhi perintah tuhan yang maha esa

Tak tertahankan air mata bahagia ini

Telah melewatkan pacaran

Dan mengganti qobiltu denga sah

Juga menjadikan haram itu halal

Sebait lagi kucurahkan hati ini

Aku berterimakasih kepada semua

Yang telah menjadi saksi dalam akadku

Dan meluruskan jalan kebenaranku

karyaku”tanpertulas”

 

Agustusku

Bulan penuh perjuangan

Bulan indonesiaku merdeka

Bulan dimana aku dan kamu menjadi kita

Bersama dengan kata sayang dan cinta

Aku tau bulan itu penuh dengan makna

Banyak janji-janji yang telah kau ucapkan

Dan takdirmu telah mengiringi nada janjimu

Jarum jampun mengingatkan janji-janimu

Untuk bersama di setiap keadaan

Banyak rintangan

Banyak hinaan

Bahkan fitnapun ikut menerkam

Mungkin ku menangis di garis pilu

Teriring semilir cinta di fana

Memejamkan pada kidung syahdu

Meski terasa berat dalam nurani jiwa

karyaku”tanpertulas”

Agamaku bukan agamamu

Kita memang berbeda

Tuhanku bukan tuhanmu

Agamaku bukan agamamu

Kitabku bukan kitabmu

Tasbihku bukan salibmu

Do’aku bukan nyanyianmu

Hanya cinta yang sama

Kau mencintaiku dan ku mencintaimu

Tapi tak akan bisa bersama

Jika  islamku belum jadi islamu

karyaku”tanpertulas

sisa usia

malam gemerlap yang di terangi bintang

itu keindahan yang terelakan begitu adanya

namun kita tak kalah dengan bintang di sana

fajar nan senja menilai noda hitamnya dunia kita

beranjak menempuhi usia

berlari ke ujung sepi

menghirup udara tenangkan hati

betapa jauh jalan yang ku lalui

ya allah ya rabbi

kuatkanlah hambamu ini bertarung sepi di sepanjang hari

di samudra hidup yang tiada bertepi

disini

dipojok sepi ini

telah berakhir hidup ini

meninggalkan sepucuk surat untuk sang ilahi

ujungpangkah,09 februari 2018

karyaku”tanpertulas”